Tulungagung, Mataraman.net –Suasana gayeng dan khidmat tampak di sebuah surau sederhana di Padepokan Jogo Kali, Desa Tanggulturus, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung. Majelis Ngaji Ngopi Bareng ini memiliki misi untuk menghilangkan buta huruf Hijaiyah.
Salah satu asatidz, Agus Imam Maskur (30) menjelaskan latar belakang jogo kali kegiatan masyarakat sosial, memang dari anak muda-muda yang senang jogo kali. Diambil kata jogo kali lantaran pemuda senang mencari ikan serta di sekitar daerah Jayan diapit sebuah sungai di selatan dan utara.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!“Sekitar 2020 saat pandemi Covid-19. Awalnya saat anak muda mulai jenuh tongkrongan, akhirnya niatnya ngaji bareng ngopi bareng,” ujar Gus Imam Maskur di Balai Desa Tanggulturus, Kamis, 1 Agustus 2024.
Alumni PP Darussalam Blokagung 2017 ini menambahkan bahwa kegiatan ngaji tidak hanya anak muda. Melainkan juga untuk bapak-bapak dan ibu-ibu yang ikut, namun di lokasi yang tepat terpisah.
“Anak muda konsentrasi di Padepokan Jayan. Sementara ibu-ibu dan bapak ada 2 tempat, yaitu di mushola dan rumah milik warga,” tambahnya.
Putra dari Haji Ahmad Yamin Pengusaha Rokok Niki Sae ini mengatakan Ngaji Ngopi Bareng rutin setiap hari Minggu, Senin, Selasa dan Rabu. Dengan adanya ini, menurut Gus Maskur masyarakat cukup antusias dan menyambut dengan baik.
Karena, bagi orang tua yang sudah berumur tidak ada yang memfasilitasi untuk belajar mengaji. Melalui Ngaji Ngopi Bareng bersama orang tua orsng tua lainnya tidak malu untuk belajar mengaji alif ba ta’.
“Pyur kegiatan ini dari Komunitas Sosial Jogo Kali. Materi selain ngaji, juga soal fiqih dasar sehari-hari,” paparnya.
Ia berharap kedepan tetap istiqamah mewujudkan Desa Tanggulturus yang aman, kondusif dan tentunya tidak melupakan mengaji. Serta berupaya menghilangkan buta Huruf Hijaiyah.
“Kebanyakan hampir 70-80 persen masih kosong belum bisa sama sekali. Akhirnya menjadi bisa. Bahkan banyak di luar desa ikut kesini belajar juga,” ulasnya.
Sementara untuk total keseluruhan baik anak-anak maupun bapak dan ibu yang mengikuti Ngaji Ngopi Bareng ada 75 orang. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dimulai setelah isya, 19.30 sampai 21.00 WIB.
Kendati Gus Maskur dan asatidz mengalami kesulitan dalam mendampingi mengaji bapak-bapak dsn ibu-ibu, namun tetap mencoba bersabar dan telaten. Melihat mereka semangat menjadi sebuah obat mujarab untuk istiqamah.
“Cukup sulit sebenarnya. Tapi karena semangatnya ibu-ibu dan bapak-bapak para pengajar akhirnya sabar telaten,” tutupnya. (mad)