Restorasi malam, Mataraman.net – Setiap tahun, pada tanggal 1 Oktober, Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Peringatan ini bukan sekadar seremoni, melainkan sebuah momentum penting untuk merefleksikan kembali pentingnya ideologi bangsa sebagai dasar dari segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tahun ini, peringatan Hari Kesaktian Pancasila memiliki tantangan tersendiri, karena terjadi di tengah tahun politik yang sarat akan kompetisi dan polarisasi, serta dihadapkan pada ketidakpastian ekonomi global yang semakin menekan. Kondisi ini mengharuskan kita semua untuk melihat kembali peran vital Pancasila dalam menjaga persatuan dan keutuhan bangsa, sekaligus sebagai pedoman menghadapi tantangan ekonomi yang kian kompleks.
Pada tahun politik, dinamika demokrasi sering kali memunculkan ketegangan di antara kelompok masyarakat. Rivalitas politik yang muncul dalam proses pemilihan umum bisa dengan cepat berubah menjadi polarisasi jika tidak dikelola dengan bijaksana. Dalam beberapa kesempatan, narasi yang digunakan oleh para aktor politik bahkan memanfaatkan isu identitas untuk meraih dukungan. Polarisasi ini berbahaya, karena dapat memecah belah masyarakat yang selama ini hidup dalam keberagaman. Di sini, Pancasila berperan sebagai perekat yang menyatukan perbedaan-perbedaan tersebut. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, seperti persatuan, keadilan sosial, dan gotong royong, menjadi kunci utama dalam menjaga keutuhan bangsa.
Sayangnya, dalam kontestasi politik, kadang-kadang ada pihak-pihak yang cenderung melupakan nilai-nilai tersebut. Perjuangan politik seharusnya tidak hanya berfokus pada perebutan kekuasaan, tetapi juga harus diarahkan pada penguatan komitmen terhadap Pancasila. Tanggung jawab moral ini seharusnya dipegang oleh semua pemimpin politik, untuk memastikan bahwa dalam setiap langkahnya, mereka tidak merusak tatanan sosial yang selama ini sudah dibangun berdasarkan prinsip-prinsip Pancasila. Semangat musyawarah untuk mufakat yang diajarkan oleh Pancasila seharusnya menjadi pegangan dalam menghadapi perbedaan pandangan politik, sehingga tidak menimbulkan perpecahan yang merugikan.
Selain tantangan politik, Indonesia juga sedang menghadapi tantangan ekonomi yang serius. Pandemi global yang baru saja berlalu telah meninggalkan dampak signifikan terhadap perekonomian nasional. Meskipun kondisi ekonomi mulai membaik, ketidakpastian ekonomi global masih menjadi ancaman nyata. Lonjakan inflasi, krisis energi, dan disrupsi rantai pasok akibat konflik geopolitik di berbagai belahan dunia telah memengaruhi stabilitas ekonomi Indonesia. Di tengah situasi ini, Pancasila menawarkan solusi dengan menekankan pentingnya keadilan sosial dan ekonomi yang inklusif.
Salah satu tantangan terbesar dalam perekonomian Indonesia adalah bagaimana menjaga pertumbuhan ekonomi tetap berkelanjutan tanpa meninggalkan kelompok-kelompok yang rentan, seperti petani, nelayan, dan pelaku usaha kecil. Prinsip keadilan sosial yang diusung oleh Pancasila menuntut agar pembangunan ekonomi tidak hanya menguntungkan sebagian kecil kelompok elit, tetapi juga memberikan dampak positif bagi seluruh lapisan masyarakat. Kebijakan ekonomi yang berbasis pada Pancasila harus memastikan bahwa semua warga negara memiliki akses yang sama terhadap sumber daya dan peluang ekonomi, sehingga tercipta kesejahteraan yang merata.
Pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya memiliki peran penting dalam menciptakan kebijakan ekonomi yang berkeadilan. Ini mencakup kebijakan yang memprioritaskan pembangunan infrastruktur di daerah-daerah tertinggal, memperkuat sektor pertanian dan perikanan, serta meningkatkan daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Semua ini adalah langkah konkret yang bisa diambil untuk memastikan bahwa kesenjangan ekonomi tidak semakin melebar, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini. Dengan berpegang pada prinsip-prinsip Pancasila, Indonesia dapat menghadapi tantangan ekonomi ini dengan lebih percaya diri dan tangguh.
Lebih jauh lagi, di tengah berbagai tantangan ini, Hari Kesaktian Pancasila harus menjadi pengingat bahwa kita memiliki dasar ideologi yang kuat untuk menghadapi berbagai krisis. Baik itu krisis politik maupun ekonomi, Pancasila selalu menawarkan jalan keluar yang berorientasi pada persatuan, keadilan, dan kesejahteraan bersama. Tidak cukup hanya mengenang dan merayakan Pancasila, kita harus menerjemahkan nilai-nilainya dalam tindakan nyata. Para pemimpin politik harus menahan diri dari retorika yang memecah belah, sementara masyarakat harus tetap waspada terhadap potensi disintegrasi sosial yang bisa muncul akibat kontestasi politik yang terlalu panas.
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia telah melalui berbagai tantangan baik dari segi politik maupun ekonomi, dan Pancasila selalu menjadi pedoman dalam menjaga kesatuan serta keutuhan negara. Di tengah dinamika tahun politik yang penuh dengan polarisasi serta tantangan ekonomi global yang semakin kompleks, peran Pancasila menjadi lebih relevan dan krusial. Nilai-nilai luhur Pancasila, seperti persatuan, keadilan, gotong royong, dan keadilan sosial, merupakan elemen penting yang dapat menyatukan masyarakat di tengah perbedaan, sekaligus menjadi panduan bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan ekonomi dan politik yang berkeadilan.
Pancasila bukan hanya sekadar simbol, tetapi fondasi ideologis yang harus diterapkan secara konsisten dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam menghadapi tantangan politik, Pancasila memberikan arah untuk menghindari polarisasi yang dapat merusak harmoni sosial. Kontestasi politik seharusnya tidak menjadi alasan untuk memperdalam perpecahan, melainkan harus dijadikan momentum untuk memperkuat komitmen terhadap nilai-nilai kebangsaan yang menjunjung tinggi keberagaman dan persatuan. Di sisi lain, tantangan ekonomi yang kian kompleks akibat ketidakpastian global juga dapat dihadapi dengan menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam menciptakan kebijakan ekonomi yang inklusif dan berpihak pada kepentingan seluruh lapisan masyarakat.
Lebih jauh, Hari Kesaktian Pancasila tidak boleh hanya menjadi sekadar seremoni tahunan, tetapi harus dijadikan refleksi bagi seluruh komponen bangsa untuk terus menjaga kesatuan dan persatuan di tengah segala dinamika yang ada. Para pemimpin politik diharapkan dapat menahan diri dari retorika yang memecah belah, dan masyarakat diharapkan tetap solid dalam menghadapi isu-isu yang dapat menggoyahkan stabilitas nasional. Pancasila mengajarkan bahwa perbedaan bukanlah ancaman, melainkan kekuatan yang dapat memperkaya bangsa jika dikelola dengan bijak. Oleh karena itu, nilai-nilai ini harus terus dihidupkan dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat.
Penting pula bagi kita untuk memastikan bahwa prinsip keadilan sosial yang terkandung dalam Pancasila diterapkan secara nyata dalam pembangunan ekonomi. Di tengah tantangan ekonomi yang sulit, prioritas pemerintah seharusnya diarahkan pada pemberdayaan sektor-sektor yang rentan, seperti petani, nelayan, dan UMKM, yang sering kali menjadi tulang punggung ekonomi nasional. Kebijakan ekonomi yang berlandaskan Pancasila tidak hanya harus fokus pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pada pemerataan kesejahteraan sehingga semua rakyat dapat merasakan manfaat pembangunan secara adil.
Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi Pancasila, kita harus tetap optimis bahwa dengan berpegang pada nilai-nilai ini, Indonesia akan mampu menghadapi segala tantangan yang ada, baik politik maupun ekonomi. Tantangan global dan nasional yang kita hadapi saat ini hanyalah salah satu fase yang akan memperkuat karakter bangsa. Pancasila telah terbukti sakti dalam menyatukan bangsa selama lebih dari tujuh dekade, dan kesaktiannya harus terus dijaga dan diperkuat dalam menghadapi tantangan masa depan.
Dengan demikian, Peringatan Hari Kesaktian Pancasila tahun ini harus menjadi momentum untuk memperkuat komitmen kita terhadap persatuan, keadilan, dan kesejahteraan bersama. Kita harus memastikan bahwa nilai-nilai luhur Pancasila terus menjadi pedoman dalam membangun bangsa yang lebih kuat dan kokoh. Dengan menjaga kesaktian Pancasila, kita tidak hanya merawat warisan para pendiri bangsa, tetapi juga memastikan masa depan Indonesia yang berdaulat, adil, dan sejahtera bagi seluruh rakyatnya. Di tengah segala krisis yang melanda, baik politik maupun ekonomi, Pancasila akan terus menjadi pilar utama yang memandu bangsa ini menuju kejayaan yang berkelanjutan.
Penulis:
Imam Mustakim
Wasekjen DPP Petani NasDem dan Sekretaris DPD Partai NasDem Kabupaten Tulungagung
Discussion about this post