Tulungagung, Mataraman.net – Debat publik kemarin, Jum’at malam 25 Oktober 2024 menarik untuk disimak. Pasangan calon (Paslon) Santoso – Gus Samsul memperoleh pertanyaan sub tema kesehatan dengan penurunan angka stunting.
Sang pembawa acara membacakan prolog pelayanan kesehatan angka stunting di Tulungagung menunjukkan tren positif. Yaitu pada bulan timbang 2023 sebesar 3,96 persen.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Akan tetapi hasil survei Kesehatan Indonesia menunjukkan peningkatan prevalensi stunting di Kota Marmer masih terjadi. Lalau, pertanyaannya apa faktor yang menjadi penyebab dan bagaimana cara menurunkan stunting.
Pertanyaan tersebut lantas dijawab oleh Santoso dengan mengoptimalkan pengalokasian anggaran dan juga dana desa (DD) untuk menekan stunting secara masif. Yakni pertama memberikan edukasi tentang stunting dan pencegahan.
“Kedua, membentuk kader pemberdayaan masyarakat untuk mengidentifikasi. Sehingga membantu pemerintah dalam menurunkan angka stunting,” papar Santoso
Lalu, Gus Samsul menambahkan paslon SASA memiliki program stunting yakni membuat pemberian gizi nutrisi keluarga berisiko. Selanjutnya kualitas pelayanan kesehatan, komunikasi, penguatan kesehatan pihak desa perlu diperhatikan.
“Serta penguatan antara pihak Dinkes dan desa, mengadakan evaluasi atas apa yang sudah dilakukan program dengan stunting,” jelas Gus Samsul.
Mendapat kesempatan untuk menanggapi jawaban Paslon 02, Maryoto Birowo mengatakan sebenarnya yang menjadi penyebab stunting adalah belum adanya penyuluhan. Pengetahuan literasi dari masyarakat masih kurang membuat anak tentang kesehatan ibu hamil dan anak.
“Tingkat pengetahuan masyarakat rendah, kita punta tenaga kesehatan yang ada di masyarakat ada bidan desa dan perawat desa. Itu perlunya penyuluhan bagi ibu ibu hamil melalui posyandu dan polindes,” papar Maryoto.
Ia menambahkan dengan pemberitahuan dan pengetahuan tersebut maka akan mengetahui kondisi baik bayi maupun ibu tersebut. Sehingga masalah gizi menjadi peran yang utama dalam penanganan stunting.
“Jadi diperlukan peran kader kesehatan yang ada di tingkat desa untuk menangani stunting,” tandasnya
Sementara Cabub Didik Girnoto Yekti mengatakan akan mengoptimalkan rembug stunting. Bekerjasama dengan pihak puskesmas, bidan dan masyarakat sebagai objek yang berada di tingkat bawah.
“Jadi harus kita perhatikan mulai dari calon ibu sampai anak itu lahir,” pungkas Didik. (mad)