Restorasi Pagi, mataraman.net – Perekonomian global saat ini tengah berada dalam tekanan yang signifikan akibat berbagai faktor eksternal, seperti tingginya inflasi di Amerika Serikat, perang dagang berkepanjangan antara AS dan Tiongkok, serta ketidakstabilan geopolitik. Sebagai negara dengan perekonomian yang terbuka, Indonesia tidak dapat menghindari dampak dari gejolak global ini. Salah satu tantangan utama adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian yang meningkat. Tekanan terbesar terhadap rupiah datang dari kebijakan Federal Reserve yang secara agresif menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi, yang menyebabkan penguatan dolar AS secara global. Hal ini mendorong aliran modal keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia, sehingga melemahkan nilai tukar rupiah.
Selain itu, perang dagang antara AS dan Tiongkok telah mengganggu rantai pasok global, menekan permintaan ekspor Indonesia, terutama pada komoditas andalan seperti batu bara, minyak sawit, dan nikel. Konflik geopolitik, seperti perang di Ukraina, semakin memperburuk situasi dengan menaikkan harga energi dan pangan dunia, sehingga menambah tekanan pada neraca perdagangan. Ketergantungan Indonesia pada impor bahan baku industri juga memperburuk situasi karena pelemahan rupiah meningkatkan biaya impor, memicu inflasi domestik, dan mengurangi daya beli masyarakat.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Untuk menghadapi badai ekonomi global ini, diperlukan strategi yang terukur dan terintegrasi untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan memperkuat daya tahan ekonomi nasional. Bank Indonesia (BI) memainkan peran krusial dalam intervensi di pasar valuta asing untuk meredam volatilitas rupiah. Dengan cadangan devisa yang memadai, BI dapat memastikan stabilitas nilai tukar melalui pasar spot maupun Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF). Penyesuaian suku bunga acuan juga menjadi langkah penting untuk menjaga daya tarik aset domestik, mencegah pelarian modal, dan menstabilkan pasar keuangan.
Namun, stabilitas nilai tukar saja tidak cukup. Dalam jangka panjang, pemerintah harus memperkuat struktur ekonomi dengan mendorong hilirisasi industri. Dengan mengolah sumber daya alam menjadi produk bernilai tambah tinggi, Indonesia dapat meningkatkan daya saing ekspornya di pasar global sekaligus mengurangi ketergantungan pada komoditas mentah. Di sektor fiskal, pengelolaan anggaran yang efisien sangat penting, terutama dengan memprioritaskan pembangunan infrastruktur strategis yang dapat meningkatkan produktivitas ekonomi. Pemerintah juga perlu mendorong kebijakan substitusi impor dengan memperkuat kapasitas produksi dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor yang rentan terhadap fluktuasi nilai tukar.
Perluasan pasar ekspor ke kawasan non-tradisional seperti Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan harus menjadi prioritas untuk mengurangi ketergantungan pada pasar utama seperti AS dan Tiongkok. Selain itu, upaya menarik investasi langsung asing (Foreign Direct Investment) melalui reformasi regulasi, seperti Undang-Undang Cipta Kerja, harus terus diperkuat. Investasi di sektor teknologi dan ekonomi digital juga menjadi peluang besar untuk meningkatkan daya saing Indonesia di era ekonomi modern.
Dukungan masyarakat juga memainkan peran penting dalam menghadapi tantangan ini. Dengan mengonsumsi lebih banyak produk lokal, masyarakat dapat membantu mengurangi tekanan pada impor dan menopang stabilitas ekonomi domestik. Sinergi antara pemerintah, Bank Indonesia, sektor swasta, dan masyarakat adalah kunci keberhasilan dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sekaligus memperkuat perekonomian nasional.
Pada akhirnya, upaya ini tidak hanya bertujuan untuk menghadapi tantangan jangka pendek, tetapi juga untuk membangun fondasi ekonomi yang lebih kokoh dan tangguh di tengah ketidakpastian global. Dengan kebijakan yang terukur, terintegrasi, dan kolaboratif, Indonesia dapat menjaga daya tahan ekonominya, melindungi nilai tukar rupiah, dan meningkatkan daya saingnya di kancah internasional. Tidak hanya itu, langkah-langkah ini juga menciptakan peluang untuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, yang pada akhirnya akan memberikan manfaat langsung bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.
Penulis:
Imam Mustakim