Restorasi Siang, Mataraman.net – Kebijakan ekonomi inklusif menjadi salah satu isu utama dalam Pilkada di berbagai daerah. Kandidat yang mengusung kebijakan ini umumnya berfokus pada upaya menciptakan pertumbuhan ekonomi yang merata, memastikan akses yang setara terhadap sumber daya, serta mendorong partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat dalam perekonomian. Namun, seberapa besar kebijakan ini benar-benar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat?
Pertama, kebijakan ekonomi inklusif yang dirancang dengan baik memiliki potensi untuk mengurangi ketimpangan ekonomi di tingkat lokal. Ketimpangan ini sering kali menjadi akar dari berbagai masalah sosial dan politik. Dengan mengintegrasikan kelompok-kelompok yang sebelumnya terpinggirkan ke dalam sistem ekonomi, kebijakan inklusif dapat memperluas basis ekonomi lokal, meningkatkan daya beli, dan pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Kedua, dalam konteks Pilkada, janji untuk menerapkan kebijakan ekonomi inklusif sering kali menarik simpati dari pemilih, terutama mereka yang merasa belum mendapat manfaat dari pembangunan ekonomi di daerahnya. Kandidat yang mampu merumuskan dan mengkomunikasikan visi inklusifnya dengan jelas biasanya mendapatkan dukungan kuat dari kelompok-kelompok marginal. Ini menciptakan peluang bagi perubahan sosial yang lebih luas, di mana masyarakat yang sebelumnya tidak terwakili kini memiliki suara yang lebih kuat dalam proses politik dan ekonomi.
Namun, ada tantangan besar yang harus dihadapi. Implementasi kebijakan ekonomi inklusif sering kali terbentur oleh berbagai kendala, termasuk resistensi dari kelompok-kelompok yang sudah mapan, birokrasi yang lamban, serta keterbatasan sumber daya. Tanpa komitmen yang kuat dan upaya yang berkelanjutan, kebijakan ini bisa berakhir hanya sebagai janji politik tanpa realisasi nyata. Hal ini dapat menimbulkan kekecewaan di kalangan masyarakat, yang pada akhirnya bisa menggerus kepercayaan publik terhadap pemerintah daerah.
Di sisi lain, keberhasilan kebijakan ekonomi inklusif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga sangat bergantung pada kondisi awal ekonomi daerah tersebut. Di daerah yang sudah memiliki basis ekonomi yang kuat dan infrastruktur yang memadai, kebijakan ini lebih mudah diimplementasikan dan bisa memberikan hasil yang signifikan dalam jangka waktu yang relatif singkat. Sebaliknya, di daerah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi dan sumber daya yang terbatas, hasil yang diharapkan mungkin baru terlihat dalam jangka panjang.
Secara keseluruhan, kebijakan ekonomi inklusif yang diusung oleh kandidat Pilkada memang menawarkan harapan besar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun, untuk mencapai hasil yang diinginkan, dibutuhkan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang konsisten, serta komitmen dari semua pihak terkait. Jika hal ini dapat tercapai, maka kebijakan ini tidak hanya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga memperkuat legitimasi pemerintah daerah dan stabilitas politik di wilayah tersebut.
Penulis:
Imam Mustakim, S.Kom., M.Sc.
Sekretaris DPD Partai NasDem Kabupaten Tulungagung.
Wasekjen DPP Petani NasDem.
Mahasiswa Pascasarjana universitas Brawijaya Malang.