Trenggalek, Mataraman.net – Murah senyum dan humble, tiga kata tersebut yang patut tersematkan pada sosok kader Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Trenggalek. Adalah Risa Lailalatul Maghfiroh yang baru saja terpilih untuk menahkodai IPPNU dengan bekal segudang talenta.
Ia terpilih mengemban amanah baru usai Konferensi Cabang (Konfercab) XX pada 4-6 Juli 2025 lalu. Risa mengaku awalnya masih minder, namun teringat pesan dari Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari yang berbunyi ‘barang siapa yang mengurus NU akan aku anggap menjadi santriku akan ku doakan khusnul khotimah bersama cucu-cucunya’.
“Jujur pertama kali diamanahi saya merasa kurang pantas, Tetapi saya ingat perkataan Mbah Hasyim, berpedoman dengan kata kata tersebut maka, saya merasa bersyukur masih bisa berjuang di NU khususnya bisa membersamai rekanita se-Kabupaten Trenggalek berjuang di IPPNU,” ujar Risa Laila melalui pesan daring, Kamis (24/07/2025).
Perihal awal berproses di IPPNU, ia mulai di Ranting Kamulan Kecamatan Durenan. Saat itu masih sekadar ‘elok-elok bawang’ alias ikut-ikutan saja.
“Kalau bahasa Jawanya elok-elok bawang ini adalah kegiatan sholawatan di ranting. Namun selanjutnya di Pimpinan Komisariat (PK) SMK Islam 1 Durenan. Saya bersyukur sekali selama proses ini membawa ber-IPPNU lebih aktif lagi, baik di tingkat ranting dan juga tingkat PAC,” sebutnya.
Risa mengaku bahkan mengikuti Masa Kesetiaan Anggota (Makesta) selama 2 kali. Yakni di PAC dan juga di SMK Islam 1 Durenan, karena memang siswa yang sekolah di SMK ISLAM Islam ini harus di-makesta-kan.
Banyak kesibukan ketika beranjak mendapat amanah Ketua PK IPPNU SMK Islam. Mulai pengurus ranting dan pengurus PAC untuk aktif sekali melakukan pengkaderan. Mulai Makesta, Lakmud, Latin Latpel, hingga Diklatama di tahun 2019 silam.
Usai domisioner menjadi ketua IPPNU PK SMK Islam, ia melanjutkan berkhidmah di ranting menjadi Wakil Ketua dan di PAC menjadi Koordinator Departmen Kaderisasi. Sekaligus waktu bersamaan menjadi Tim Pelatih PC IPPNU Trenggalek sebagai tindak lanjut mengikuti kegiatan Latin dan Latpel.
“Waktu berlalu begitu sangat cepat dan tidak terasa banyak amanah yang dimandatkan mulai menjabat sebagai Sekretaris Pimpinan Cabang. Dan tepat di tanggal 6 Juli saya mengemban amanah yang sangat besar yakni menjadi Ketua IPPNU Trenggalek,” bebernya.
Perempuan yang pernah menimba ilmu Madrasah Diniyah di Pondok Pesantren Hidayatut Thullab Kamulan ini menerangkan banyak suka duka yang dialami selama ber-IPPNU.
Suka adalah pasti mempunyai teman yang banyak, mempunyai relasi yang banyak. Lalu, berkumpul dengan orang-orang yang lebih tua sehingga ia bisa banyak belajar kepada yang lebih tua tentang ilmu dan adab.
“Untuk duka mungkin secara personal ketika ada teman yang sudah tidak aktif di IPPNU lagi,” keluhnya.
Risa menambahkan yang paling menguatkan di dalam tubuh organisasi adalah orang tua, terutama bapak. Pasalnya, beliau berpesan ‘ketika kamu dibutuhkan seseorang untuk memimpin dimanapun itu maka kamu berjuanglah, totalitas dan kamu majulah’.
‘Tetapi jika kamu tidak dipanggil/dibutuhkan maka jangan sekali kali kamu memonjolkan diri. Karena orang akan tahu kemampuan kita tanpa kita menunjukkan kemampuan kita’.
“Dari kata-kata tersebut saya bisa mengartikan bahwa dalam organisasi ini memang kita dituntut untuk kuat dalam segala hal. Kita berorganisasi tidak hanya mengulurkan tangan ketika kita menjadi ketua atau pimpinan saja. Tetapi mau jadi apapun kita, kita harus senantiasa ikhlas dalam berkhidmah apapun keadaannya,” ulasnya.
Disinggung semangat yang akan dibawa selama menahkodai IPPNU Trenggalek, Risa tak menampik di dalam Tubuh Organisasi IPPNU ini terdapat dari berbagai macam kalangan.
Mulai ada dari kalangan santri, mahasiswa, kalangan sekolah, bahkan ada juga kalangan pekerja. Yang disatukan dalam Wadah PELAJAR NU (IPPNU). Kader IPPNU tersebar di seluruh elemen masyarakat, mereka berada serta berdekatan dengan masyarakat dan lingkungan.
“Untuk itu harapan untuk kepengurusan ke depan saya akan menggagas dan menggodok program ‘Pelajar Peduli Lingkungan’ selaras dengan visi bapak bupati visi ‘Mewujudkan Kabupaten Net Zero Karbon, Berpendapatan Tinggi, dan Berdaya Saing Kolektif’,” imbuhnya.
Maka dirinya berkomitmen IPPNU Trenggalek siap untuk aktif dalam berbagai kegiatan peduli lingkungan. Seperti bersih-bersih pantai, penanaman pohon, dan kampanye pengurangan sampah, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan.
“Dengan harapan yang besar, semoga kami bersama bisa mewujudkan program kerja ini dan bersinergi dengan pemerintah,” ujarnya.
Perempuan yang tengah menyelesaikan Strata-1 di Universitas Tulungagung (Unita) ini mengulas kenangan unik ketika di IPPNU adalah kader melaksanakan diklat adalah selalu dipaksa.
Pertama terpaksa, terbiasa, lalu suka, namun ia mewanti-wanti ini tidak dicontoh untuk kader lain. Ia mengaku jujur setiap pengkaderan itu selalu dipaksa karena umur masih kecil. Mulai di Makesta dipaksa dibohongi untuk berangkat membawa buku dan pensil dan memakai baju hitam dan putih.
Selanjutnya ketika Lakmud juga seperti itu. Berhubung di SMK Islam Durenan harus mewakili untuk pengkaderan. Maka karena sebagai Ketua PK IPPNU harus menjadi peserta.
Keunikan yang terakhir adalah Risa diikutkan Latin latpel oleh senior. Dirinya sadar bahwa akan menjadi pelatih setelah mengikuti pengkaderan adalah di hari terakhir acara latin latpel. Saat itu masih berumur 17 tahun.
dan setiap mengawal Lakmud, kader-kader yang ia kawal selalu di atas saya yakni umur 20 sampai 25 tahun.
Dirinya merasa sangat bangga dengan prooses. Bila dibilang kader karbitan, ia menjawab iya tetapi tidak masalah menurutnya karena pemuda itu mempunyai tanggung jawab yang besar untuk bangsa.
“Jadi mulai dari kecil untuk berproses lebih baik daripada tua menyesal. Karena di masa muda tidak aktif dalam belajar, berjuang dan berproses,” bebernya.
Dari tahun berganti tahun membuat banyak aktivitas yang ia lakukan. Selain berorganisasi di Banom NU, juga pernah menjadi Ketua Kopri PMII Universitas Tulungagung serta mulai aktif menjadi pembawa acara di berbagai event.
“Kesibukan saya selama ini adalah mengajar Pramuka, Les privat, MC di berbagai acara instansi daerah dan kampus, dan juga bergelut di bidang Event Organizer khususnya Wedding Organizer. Untuk kedepannya lebih ke bidang Public Speaker dan juga mengajar,” akuinya.
Tak lupa, Risa berpesan ke Pelajar Trenggalek untuk terus berjuang, walaupun diterpa berbagai rintangan. Jadikan sebuah rintangan itu sebagai tantangan.
“Maka jika kamu menghadapi tantangan itu dengan ikhlas, niscaya tantangan itulah yang menjadikan kalian lebih baik di masa mendatang,” imbuh perempuan yang juga aktif di BEM Universitas Tulungagung ini. (bahr/red)