Ekonomi dan BisnisTrenggalek

Berdayakan Puluhan Emak-emak, Dhany Raup Cuan dari Besek Trenggalek

×

Berdayakan Puluhan Emak-emak, Dhany Raup Cuan dari Besek Trenggalek

Sebarkan artikel ini
Dhany Raup Cuan dari Besek Trenggalek Berdayakan Puluhan Emak-emak
Dhany pengusaha besek asal Sengon Trenggalek. (foto: bahr)

Trenggalek, Mataraman.net – Pepohonan rindang dan jalan menanjak menemani selama perjalanan ke pengrajin besek —sebutan masyarakat Trenggalek. Sebuah anyaman dari bahan bambu yang telah dibilah tipis-tipis menyerupai wadah.

Adalah Dhany Eka Prasetya. Sudah sembilan tahun berbisnis besek dengan memberdayakan 40 emak-emak lingkungan sekitar. Besek di pilih menurutnya memiliki potensi yang besar.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Saat ditemui di gudang samping rumahnya di RT 21 RW 03 Dusun Putuk Desa Sengon, Dhany menceritakan awal mula menggeluti besek. Dirinya prihatin melihat seorang ibu yang tengah membuat besek. Kala itu ia masih sebagai guru honorer.

“Harganya 7 ribu per kodi mas,” ujar Dhany menirukan ibu yang dulu ia temui. Sontak ia tergerak untuk mencoba memberdayakan agar besek memiliki nilai tambah.

Dhany Raup Cuan dari Besek Trenggalek Berdayakan Puluhan Emak-emak
Proses pembuatan besek di Sengon Trenggalek. (foto: bahr)

Dhany menceritakan momen tersebut untuk bergerak. Membaca peluang sekaligus memikirkan bagaimana ibu-ibu sekitar supaya memiliki nilai tambah perekonomian melalui besek.

Pasalnya, proses pembuatan besek terbilang lama dan melalui beberapa tahapan. Dengan harga 7 ribu 40 biji tersebut menurut Dhany snagat jauh dari kata layak.

“Harga dari tengkulak saat itu tidak sebanding dengan proses pembuatan besek yang awalnya mulai dari menebang pohon bambu, kemudian irat dijemur dianyam,” kenang Dhany Eka Prasetya, Senin (16/6/2025).

Dari situlah, Dhany kala itu mencoba memasarkan produk anyaman ke marketplace Bukalapak sebelum Shoope booming seperti saat ini.

Ia tawarkan di online,ternyata respon di luar sana sangat besar sekali. Dengan peminat yang sangat banyak berbanding terbalik saat pertama merintis.

Bagaimana tidak, awal-awal sebelum banyak pesanan, Dhany mengaku membuang-buang tenaga bahkan uang. Sebab sehari terkadang hanya laku satu kodi, ia telateni dan konsisten melayani pelanggan.

Meski jarak 10 kilometer dari pusat kota atau lokasi pengiriman paket, Dhany tetap melayani dengan sepenuh hati. Ia memiliki misi untuk mendapatkan penyematan bintang

“Rugi bensin karena cuma laku satu kodi itu saya telateni setiap hari. Walaupun saya rugi bensin tidak masalah cuma mengejar untuk bintang lima saja dari customer,” tambahnya.

Bulan berganti tahun, lambat-laun toko online miliknya semakin besar. Semakin dikenal hingga membuat rating pencarian besek di shopee terbilang bagus.

“Kalau menuliskan besek yang pertama atas sendiri adalah toko saya sekarang itu karena algoritma berdasarkan rating,” paparnya.

Itu awal mulanya memang dari bentuk keprihatinan saya karena harga jual ke pengepul itu murah saya mencoba menawarkan ke online ternyata responnya di online juga luar biasa.

Baca Juga :  Trenggalek Raih Penghargaan Terbaik Pembangunan Daerah Jawa Timur Tahun 2025

“Sekarang di bawah bendera saya ibu-ibu ada 44 ibu-ibu di lingkungan saya sekarang mereka menjadi tidak membuat besek itu sebagai sampingan tetapi menjadi prioritas,” ulasnya.

Besek yang ia pasarkan melalui marketplace cukup bervariasi. Termasuk juga dari sisi harga menyesuaikan dari ukuran dan jenis kerumitan pembuatan.

Seperti contoh, yang terbesar berukuran 25×25 centimeter dibandrol dengan harga 70 ribu per 20 pasang. Sedangkan besek biasa ada yang seharga dua ribu rupiah untuk sepasang.

Pria berusia 38 tahun ini mengatakan jumlah rata-rata perbulan, Besek Sengon bisa terjual 50 kodi sampai 75 kodi. Terlebih di momen Idul Adha bisa sampai 300-an kodi, cukup banyak bagi UMKM sekelas Dhany di pedesaan.

Tak hanya untuk berbagai wadah makanan dan souvenir. Besek yang dipasarkan Dhany juga multifungsi lain untuk wadah burung walet di Luar Jawa.

“Untuk industri rumah walet biasanya yang pesan itu adalah Sumatera atau Kalimantan yang punya burung walet. Insyaallah sudah banyak yang mengenal saya,” paparnya.

Ayah 3 anak ini memaparkan keunggulan besek sengon bila dibandingkan dengan lainnya terletak pada minim serat dan bersih.

Ia menilai bambu yang digunakan adalah bambu lokal kebetulan dengan juga surganya bambu jadi tidak akan kehabisan Insyaallah setiap Gang setiap sudut Desa itu pasti ada bambu

“Jadi sudah bambu pilihan disini dari zaman nenek moyang. Memang sini sentra pembuatan besek,” tambahnya.

Dhany saat bercerita tampak berkaca-kaca. Mengingat masa lalu, sekaligus suka duka selama menjalankan usahanya penuh tantangan dan rintangan.

Dalam jasa pengiriman, dirinya benar-benar sudah jatuh hati sejak pertama menggunakan. JNE dipilihnya karena benar-benar membantu bagi pengusaha kecil seperti dirinya untuk tetap bertahan

“Saya itu senang sedih saya itu di JNE selama ini (sejak 2016) JNE itu sangat membantu saya. Sangat terasa membantu UMKM,” ucapnya.

Pria yang juga memiliki sambilan sebagai tukang ojek online (ojol) ini mengaku alasan sangat membantu karena ukuran packingan usahanya besar. Jasa pengiriman lain ketika besar terkena denda dan harus membayar dua kali lipat atau lebih.

“Yang saya besar otomatis bentuknya itu juga besar. Biasanya kalau selain JNE itu pasti kena volume kena volume saya kena denda dimintai (ongkir) 2 kali berat. Jadi saya rugi,” ujarnya.

“Saya selalu mengedepankan JNE, karena itu otomatis pengiriman paket besar-besar otomatis yang menerima hari hanya JNE yang lain saya kena volume,” tambahnya sekali lagi.

Baca Juga :  Cuaca Ekstrem, Harga Ikan Merangkak Naik di Trenggalek

Selain tidak terkena volume, proses pengiriman juga mudah. Pernah suatu ketika terjadi musibah armada terbakar, proses komplain dari JNE menurut Dhany terbilang cepat, selang satu Minggu ia menerima ganti klaim.

“Jadi terima kasih selama ini dari 2016 sampai 2025 dari awal berdiri saya mendirikan toko besek online ini JNE tidak pernah saya hapus dari pengiriman alternatif di e-commerce di Indonesia,” ucapnya.

Dari segi ongkir, Dhany mengaku cukup terjangkau bagi UMKM seperti dirinya. Ia mencontohkan hari ini yang masuk 13 pesanan. Ada yang dari Lamongan total harga 1 juta lebih dengan berat 40 kilogram.

“Total pesanan untuk ongkir Rp131 ribu untuk berat 40 kilogram. Murah banget kalau dihitung-hitung, pokoknya sangat mendukung UMKM,” paparnya.

Ditanya pernah menggunakan jasa ekspedisi lain, Dhanu mengaku satu kali mencoba. Namun akhirnya juga dihapus, lantaran dalam proses pengiriman tetap menggunakan volume.

“Nambah biaya akhirnya modal saya juga katut (ikut ketarik) sehingga rugi,” paparnya.

Selain meningkatkan kualitas yang menjadi hal wajib. Dari segi penampilan kebersihan, Dhany mengaku benar-benar menjaga kebersihan. Terlebih di musim penghujan biasa terjadi karena ia tidak menggunakan obat penghilang jamur di beseknya.

“Kalau pas musim hujan itu tidak bisa mengendalikan jamur pasti jamuran. Kalau yang jamuran itu bisa saya cuci lagi bisa saya buat warna jadi dua kali kerja kalau ada jamur,” bebernya.

Sementara ibu-ibu muda yang menjadi penyuplai barang besek adalah Ruroh. Tampak di teras rumah, ia dengan cekatan satu demi satu menganyam potongan lembaran dari bambu yang sudah tipis-tipis.

Sambil duduk, tangan dan kaki ikut mengawali anyaman. Beralaskan tikar sederhana, tidak kurang dari 5 menit, besek tersebut sudah berbentuk.

Ruroh sendiri mengaku sangat terbantu dengan penjualan ke Dhany. Sebab dulu harga besek di beli oleh tengkulak sangat murah.

“Kalau sekarang lumayan bisa 20 ribu, dulu hanya 15 ribuan,” ujar Ruroh kepada pewarta.

Perempuan berusia 28 tahun ini mengaku sudah 4 tahunan menekuni besek. Bahan diambil dari desa namun membeli dari orang yang memiliki bambu.

Sehari Ruroh bisa menghasilkan 40 pcs atau satu kodi. Musim hujan menurutnya ikut berpengaruh, karena sebelum dianyam, bilah bambu yang sudah di potong tipis harus melalui penjemuran.

“Tergantung iratannya (potongan bambu tipis) mas. Kalau musim hujan lebih lama,” akuinya. (bahr/red)