Kediri RayaNews

Polres Kediri Kota Klaim Tak Pukul Mahasiswa sebabkan Luka-luka

×

Polres Kediri Kota Klaim Tak Pukul Mahasiswa sebabkan Luka-luka

Sebarkan artikel ini
Kabag Ops Polres Kediri Kota AKBP Abraham Sisik. (mad)

Kediri, Mataraman.net – Kecaman sekaligus aksi solidaritas dilakukan puluhan mahasiswa atas aksi represif yang dilakukan aparat. Namun Polres Kediri Kota mengklaim tidak ada pemukulan hingga menyebabkan mahasiswa mengalami luka-luka.

Kabag Ops Polres Kediri Kota Ajun Komisaris Besar Polisi Abraham Sisik mengungkapkan bilang bahwa dari aparat juga ingin berbenah dan evaluasi. Sebab setiap pelaksanaan pengamanan unjuk rasa penyusup penyusup jelas, tidak boleh memukul, tidak boleh menganiaya tidak boleh menggunakan gas air mata.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

“Itu SOP tidak boleh membawa senjata api jelas. Saya tidak melihat adanya pemukulan. Saya tidak melihat,” akui AKBP Abraham Sisik, Selasa, 27 Agustus 2024 di Halaman Mapolres Kediri Kota.

Disinggung perihal mahasiswa yang mengalami luka-luka, AKBP Abraham menegaskan adanya korban tersebut hanya klaim sepihak dari mahasiswa. Karena sekali lagi sudah melakukan pengamanan dengan SOP.

“Saya tidak melihat, itu kan versi mereka,” tegasnya.

Dirinya mengaku ada sedikit tidak nyaman karena kejadian di DPRD ada sudah yang mengawali melempari batu. Ia mengetahui dari peserta aksi sendiri keluar masuk keluar masuk anggota polisi dilempari.

Baca Juga :  Menu MBG Hari Pertama Ayam Goreng dan Oseng Wortel di Al Azhaar Tulungagung

“Bersyukur saya sebagai pengendali menjaga kestabilan emosi kita laksanakan sesuai dengan SOP yang ada akan bisa melihat ada polwan kita tampilkan agar humanis. Negosiator malah dituju tunjuk tadi marah-marah tetapi kita tetap tabah tetap melayani,” ujar AKBP Abraham.

AKBP Abraham menerangkan lemparan lemparan silih berganti kepada anggota polisi dan dirinya di atas mobil komando masih tenang. Namun, menjelang magrib karena sudah ingin memasuki kantor DPRD sehingga aparat melakukan tindak.

“Kita mohon maaf, kita upaya paksa mendorong mundur, alhamdulillah itu berhasil. Bisa bayangkan kalau 500 mahasiswa masuk ke DPRD bisa menganalisis apa yang terjadi,” tambahnya.

Sementara, Koordinator Aksi, Tri (25) mengatakan tindakan-tindakan represifitas atau bahkan brutalitas yang dilakukan oleh aparat perlu dapat dievaluasi. Hari ini mahasiswa melakukan aksi solidaritas kepada korban kebrutalan polisi ketika melangsungkan aksi demokrasi di Gedung DPRD Kota Kediri.

Baca Juga :  Ketua Umum Dekopin Ungkap Lima Tantangan Koperasi Masa Kini 

“Untuk korban kekerasan sejauh yang kami datang kemarin sekitar 16 dengan luka berat sampai dibawa ke rumah sakit terdekat itu sekitar 6 sampai 8 orang. Alhamdulillah saat ini kondisi sudah stabil,” ujar Tri kepada awak media di depan halaman Mako Polres Kediri Kota.

Ia mengaku langkah hukum yang akan ditempuh akan berkoordinasi dengan beberapa lembaga bantuan hukum sebenarnya sudah berkonsultasi sebelumnya. Yakni apabila hal-hal yang tidak diinginkan akan siap pasang tubuh untuk menempuh jalur hukum ke Polres Kediri Kota.

Tri enggan berbicara lebih jauh perihal klaim polisi yang terjadi banyak provokasi untuk meluapkan emosi. Termasuk juga tindakan anarkisme tidak dilakukan oleh masa aksi unjuk rasa. Klaim polisi dengan psikologi masa yang melempar batu juta tak dibenarkan.

“Aksi kemarin saya pastikan tidak ada perusakan fasilitas publik, makanya tadi tanya indikator anarkisme apa? Sehingga membenarkan tindakan polisi itu juga tidak direspon,” sesalnya. (mad)