Kediri RayaPendidikan

KH Zulfa Mustofa Beberkan Ciri Ulama Intelektual

×

KH Zulfa Mustofa Beberkan Ciri Ulama Intelektual

Sebarkan artikel ini
KH Zulfa Mustofa Beberkan Ciri Ulama' Intelektual
Wakil Ketua PBNU, KH Zulfa Mustofa di Yudisium Universitas Islam Tribakti (UIT) Kediri. (istimewa)

Kediri, Mataraman.net –  Belakangan ini citra ulama dari sudut pandang orang awam kian menurun. Wakil Ketua PBNU Dr (HC) KH Zulfa Mustofa
memberikan pandangan menjadi ulama’ mempunyai syarat-syarat yang lebih ketat daripada menjadi seorang Intelektual.

KH Zulfa memaparkan seorang sarjana intelektual yaitu harus melakukan pengajaran, berfikir sistematis, runtut dan solutif. Ulama’ dalam Al Qur’an Surat Ali Imran ayat 79 adalah seorang yang mengabdikan dirinya untuk mengajari dan mempelajari kitab.

“Ulama’ itu sejak dulu pasti mengajar. Baru disebut Ulama’ kalau dia punya pengabdian Ilmu. Ulama’ dan intelektual dari sisi mengajar sama,” papar KH Zulfa Mustofa acara Yudisium Universitas Islam Tribakti (UIT) di Aula Muktamar Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Senin (20/10/2025,).

Namun, KH Zulfa menggarisbawahi pentingnya berfikir secara menyeluruh (holistik). Melalui berfikir holistik sebelumnya untuk mencari tahu apakah sebuah fenomena masuk ke dalam sebuah tradisi atau bukan untuk memastikan.

Baca Juga :  Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Pilot Project Nasional Pelatihan Konstruksi

“Kita melihat sesuatu tadi sudah menyinggung tradisi budaya. Kadang-kadang melihat seseorang tidak secara holistik (tidak utuh). Karena standar tradisi kita berbeda,” jelasnya.

Kiai yang memiliki karya kitab ‘Fatwa wa Ma La Yanbaghi Li al-Mutafaqqih Jahluhu’ ini menjelaskan cara mengukur ustadz, kiai atau ulama harus diukur dengan standar Al Qur’an dan Hadis. Yakni disebut sebagai Ulama’ Intelektual pasti beririsan erat dengan ilmu dalam hal transfer of knowledge.

“Ulama’ merupakan orang yang tidak berhenti berdialektika dengan Ulama’-Ulama’ sebelumnya dan tokoh sezamannya. Jika ada yang mengajak menulis berdialog berdialektika, melalui kitab-kitab dengan Ulama, anda bisa disebut sebagai Ulama’ intelektual,” paparnya.

Dr. Honoris Causa UIN Sunan Ampel Surabaya, Kyai Zulfa menyampaikan pula bahwa seseorang dapat dikatan sebagai Ulama’ Intelektual ketika menulis atau berbicara sesuatu bermanfaat bagi orang lain.

Baca Juga :  Ratusan Guru Non ASN Terima Bantuan Modal Usaha dari Pemkab Kediri

“Kalau tidak menulis (dan berkata yang bermanfaat anda diam. Artinya Ulama’ dan Intelektual hanya menulis pada sesuatu yang dianggap bermanfaat” terterangnya.

Kiai yang nyantri di Kajen, berguru kepada KH A Sahal Mahfudh dan KH Rifa’i Nasuha ini mengulas teladan bagaimana integritas Ulama’ zaman dahulu. Menguasai banyak bidang ilmu, sehingga menjadi rujukan persoalan masyarakat.

Kiai Zulfa tak lupa memberikan selamat sekaligus sukses Universitas Islam Tribakti (atas Yudisium nya) dan terus melahirkan Ulama’ Intelektual.

“Mudah-mudahan kedepan semakin maju b p!rodi maupun fakultas begitu pula mahasiswa nya” ungkapnya.

Sebagai informasi, acara ini dihadiri KH. Athoillah Sholahuddin Anwar selaku ketua Yayasan Pendidikan Islam Tribakti (YPIT), Dr. KH. Reza Ahmad Zahid LC MA selaku Rektor beserta civitas akademika UIT Lirboyo Kediri. (bahr/red)