Tulungagung, Mataraman.net – Ulah oknum perguruan kembali mencoreng warisan pencak silat asli nusantara. Rombongan anggota usai Kenaikan Tingkat (UKT) Pimpinan Cabang Gerakan Aksi Silat Muslimin Indonesia (Gasmi) Kabupaten Tulungagung mengalami kontak fisik.
Hal tersebut disayangkan oleh Ketua Gasmi Tulungagung, Mochammad Ubaidillah Suwito. Beliau menjelaskan kronologi kejadian berada di Desa Sukoharjo Kecamatan Bandung selesai acara UKT, anak-anak pulang ke wilayah masing-masing.
Baik ke arah Desa Nglampir hingga ke Watulimo dan sekitarnya. Sesampainya di Desa Bantengan di hadang oleh puluhan orang ada yg beratribut organisasi lain sambil membawa kayu, pentungan bahkan sajam.
“Hampir bentrok fisik, ada yang mau merampas atribut di bawa oleh anak-anak dalam rombongan sepeda motor. Di belakang rombongan dikawal oleh beberapa anggota kepolisian, seperti yang ada di vidio itu,” ujar Mochammad Ubaidillah Suwito kepada Mataraman.net, Selasa, 17 September 2024.
Mbah Wito, sapaan akrab Suwito mengaku bersyukur tidak terjadi korban luka-luka sebab dihalau oleh pihak kepolisian pada Minggu sekitar jam 13.30 WIB.
Ia sangat menyayangkan kejadian tersebut karena mencederai kerukunan antar organisasi pencak silat di wilayah Tulungagung. Dirinya menilai terlihat sudah ada yang mengkordinir, karena pelaku penghadangan itu bukan saja dari desa tempat kejadian.
“Sebab ada yang dari desa-desa sebelah termasuk dari desa Talun Kulon Desa Sebalor dan lainnya,” paparnya.
Mbah Wito menerangkan bahwa selama perjalanan pulang tidak ada konvoi, karena wilayah desa di TKP mayoritas warga dari organisasi lain. Sehingga sering anak-anak Pagar Nusa apabila melewati desa tersebut mendapat penghadangan.
Bahkan, dikatakannya pernah terjadi penganiayaan yang sudah dilaporkan ke pihak kepolisian. Namun tidak diproses hukum karena alasan-alasan yang lain. Dirinya sebagai tuan rumah dan juga pengurus di tingkat Kabupaten Tulungagung, merasa tidak nyaman atas kejadian tersebut.
“Saya mohon pelaku-pelaku penghadangan itu di proses sesuai hukum yg berlaku di Indonesia. Supaya tidak terjadi lagi di kemudian hari karena sangat menggangu kerukunan antar organisasi, dan mengganggu ketertiban umum,” akuinya.
Alumnus Pondok Pesantren Lirboyo Kediri ini juga menyayangkan sangat tidak adil perlakuan dari pihak-pihak keamanan. Sebab apabila dari organisasi lain jika acara besar-besaran seperti dibiarkan konvoi arak-arakan di malam hari.
“Bahkan ada himbauan-imbauan pedagang-pedagang tidak boleh berjualan di kala organisasi sebelah mengadakan acara pengesahan,” tandasnya. (mad)
Discussion about this post