Tulungagung, Mataraman.net – Kesempatan emas diperoleh Kabupaten Tulungagung menjadi tuan rumah Festival Budaya Spiritual (FBS) 2025 yang akan digelar pada bulan Juli mendatang. Kesempatan tersebut dimanfaatkan baik oleh Pemkab Tulungagung sebagai kebangkitan ekonomi.
Menindaklanjuti kepercayaan tersebut, Kementerian Kebudayaan RI melakukan kunjungan kerja sekaligus penandatanganan Kerangka Acuan Kerja (KAK) bersama Pemerintah Kabupaten Tulungagung di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso, beberapa waktu lalu.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Rombongan Kemenbud RI dipimpin langsung oleh Staf Khusus Bidang Sejarah dan Warisan Budaya, Basuki Teguh Yuwono. Serta Direktur Bina Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat, Sjamsul Hadi, sekaligus sejumlah pejabat tinggi kementerian dan kurator FBS 2025.
Bupati Tulungagung H. Gatut Sunu Wibowo menerangkan event FBS 2025 di Tulungagung menjadi percontohan nasional dalam penyelenggaraan festival berbasis spiritualitas dan budaya lokal. Ia bahkan menyampaikan harapan agar Menteri Kebudayaan RI dapat hadir langsung dalam puncak acara nanti.
“Mari bersama kita jadikan FBS 2025 tidak hanya sekadar agenda tahunan. Melainkan momentum kebangkitan budaya dan ekonomi lokal di Kabupaten Tulungagung,” beber Gatut Sunu.
Diacara yang sama Stafsus Bidang Sejarah dan Warisan Budaya menyoroti pentingnya menempatkan budaya spiritual dalam perspektif yang tepat, terlebih menjelang pelaksanaan FBS 2025.
“Festival Budaya Spiritual sering disalahpahami sebagai hal mistis atau keliru, padahal ini adalah ruang refleksi tentang nilai-nilai luhur dan keseimbangan batin. Kita perlu meluruskan perspektif ini bersama-sama,” papar Basuki Teguh Yuwono.
Festival Budaya Spiritual ini akan dilaksanakan selama empat hari, 10-13 Juli 2025, dengan rangkaian acara yang melibatkan seniman, budayawan, penghayat kepercayaan, pelaku ekonomi kreatif, hingga lembaga adat dan masyarakat umum.
Acara diakhiri penandatanganan Kerangka Acuan Kerja (KAK) antara Bupati Tulungagung dan Direktur Bina Kepercayaan. Sekaligus dilanjutkan dengan pertemuan bersama komunitas penghayat kepercayaan dan pelaku budaya lokal di Ruang PKK sebagai langkah konkret merangkul partisipasi akar budaya. (bahr/red)