Kediri RayaPemerintahanPendidikan

Menteri PPPA Ungkap Kunci Pencegahan Kekerasan Anak di Kota Kediri

×

Menteri PPPA Ungkap Kunci Pencegahan Kekerasan Anak di Kota Kediri

Sebarkan artikel ini
Menteri PPPA Ungkap Kunci Pencegahan Kekerasan Anak di Kota Kediri
Menteri PPPA Arifatul Choiri Fauzi saat di Lirboyo Kota Kediri. (bahr)

Kediri, Mataraman.net –  Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menggelar seminar di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, dalam rangka peringatan Hari Santri 2025. Seminar ini berfokus pada upaya penguatan peran pesantren dalam pencegahan kekerasan terhadap anak-anak.

Menteri PPPA, Arifatul Choiri Fauzi, menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Kementerian PPPA, Pemerintah Kota Kediri, dan pihak pondok pesantren. Dengan sinergitas bersama, persoalan kekerasan anak dan perempuan sedikit banyak bisa dicegah sedini mungkin.

“Ini upaya yang kita lakukan bersama kolaborasi antara Kementerian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, kemudian juga dari pemerintah kota Kediri dan juga dari pihak pondok pesantren,” terang Arifatul Choiri usai acara, Jum’at petang (24/10/2025).

Menurut Menteri Arifatul, untuk mewujudkan Pesantren Ramah Anak, ada banyak hal yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah komitmen bersama antara orang tua dan pondok pesantren.

Baca Juga :  Kenalkan Pembinaan Warga Binaan, Lapas Tulungagung Ajak PWI-AJI di Balik Jeruji

Ia juga menyoroti adanya pergeseran tuntutan orang tua saat ini. Apabila dahulu orang tua lebih fokus pada aspek keilmuan agama, kini banyak yang lebih menanyakan fasilitas yang dimiliki pesantren tersebut.

“Orang tua sekarang berbeda, apa fasilitasnya. Dulu saya mondok yang ditanyakan apa kitabnya, pelajarannya. Jadi orang tua sekarang sebetulnya memasukkan anak ke pesantren tetapi anaknya tidak boleh repot, tidak boleh susah,” beber Arifatul.

Kondisi ini, menurutnya, membuat orang tua cenderung banyak menuntut ke pondok pesantren. Oleh karena itu, diperlukan penyadaran dari berbagai pihak agar pesantren dapat memberikan pendampingan yang lebih baik, dan orang tua pun memahami esensi pendidikan di pesantren yang menjunjung tinggi kesopanan, akhlakul karimah, dan budaya pesantren lainnya.

Baca Juga :  Kemenbud Dorong BEN Carnival Kota Blitar Masuk Kalender KEN

“Ketika orang tuanya juga memahami di pesantren sebetulnya seperti apa. Jadi dia tidak bisa menuntut orang tua harus ini, kalau ingin seperti itu, ya silakan anaknya dibina sendiri saja, tidak di pesantren,” tegasnya.

Perihal kasus kekerasan perempuan dan anak, Menteri Arifatul mengakui kasus tersebut memang ada, namun ia menyebut jumlahnya tidak terlalu banyak. Ia mengajak semua pihak untuk merapatkan barisan, sebab kasus kekerasan tidak hanya terjadi di pesantren, tetapi juga di tempat lain tak kalah banyak.

“Ini yang harus kita carikan solusinya bersama. Dimanapun kapanpun tidak boleh ada kekerasan, tidak boleh ada kekerasan oleh siapapun kapanpun, dan tidak harus ada pemahaman bersama,” tandas Menteri PPPA. (bahr/red)