PemerintahanTulungagung

Kenalkan Pembinaan Warga Binaan, Lapas Tulungagung Ajak PWI-AJI di Balik Jeruji

×

Kenalkan Pembinaan Warga Binaan, Lapas Tulungagung Ajak PWI-AJI di Balik Jeruji

Sebarkan artikel ini
Kenalkan Pembinaan WB, Lapas Tulungagung Ajak PWI-AJI Dibalik Jeruji
Awak media bersama Lapas Tulungagung. (Dokumen Lapas Tulungagung)

Tulungagung, Mataraman.net –  Pandangan menyeramkan di balik jeruji besi dikikis oleh Lapas Tulungagung dengan menggandeng Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI). Sinergitas ini dilakukan sebagai upaya memperlihatkan Kapas sebagai tempat perubahan perilaku, pembinaan, sekaligus harapan masa depan.

Kalapas Kelas II B Tulungagung, Ma’ruf Prasetyo Hadianto menerangkan, pihaknnya ingin menunjukkan kepada masyarakat, melalui rekan-rekan media bahwa di Lapas bukan tempat yang menyeramkan seperti dalam bayangan sebagian orang.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

“Kami menjalankan program Asta Cita Presiden RI dan Akselerasi Menteri Imipas bahwa lapas adalah tempat untuk membina, mendidik. Sekaligus mempersiapkan warga binaan (WB) agar dapat kembali ke masyarakat sebagai pribadi yang lebih baik, produktif dan bermartabat,” ujar Ma’ruf Prasetyo Hadianto, Kamis (7/8/2025).

Ditambahkannya, kegiatan diawali dengan mengajak Ketua PWI beserta jajarannya mengenalkan layanan di Ruang Layanan Terpadu Satu Pintu (LTSP). Layanan ini memperlihatkan secara transparan dan informatif. Rombongan media kemudian diajak meninjau Pos Bapas, sebagai bagian dari sinergi pembinaan antara Lapas dan Balai Pemasyarakatan.

Suasana semakin hidup saat para wartawan disambut dengan rangkaian penampilan seni warga binaan. Diawali dengan tarian jaranan Sentherewe “Satriya Bhinangun”. Satriya Bhinangun”, yang berarti Ksatria yang dibina, menggambarkan transformasi seorang individu dari kegelapan menuju cahaya.

Baca Juga :  Desa Tanggulturus Gelar Selamatan Bersih Desa, Kades: Bentuk Rasa Syukur kepada-Nya

Gerakan lincah dan penuh semangat dalam tarian ini mencerminkan tekad dan semangat warga binaan dalam proses pembinaan, sekaligus menjadi wujud nyata pelestarian budaya lokal di dalam lingkungan pemasyarakatan.

Disusul penyambutan dengan irama religi dari tim hadrah santri Al-Muhajirin, dan ditutup dengan pertunjukan Semaphore Dance digabung dengan menampilkan pencak silat dari Pramuka Lapas Tulungagung.

Pertunjukan pencak silat di pramuka Lapas Tulungagung menggabungkan gerakan dari berbagai organisasi pencak silat di Tulungagung, diantaranya Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo (PSHW), Ikatan Pencas Silat Nahdlatul Ulama (IPS NU) Pagar Nusa, dan Ikatana Keluarga Silat Putra Indonesia (IKS PI) Kera Sakti.

Mereka tampil spektakuler dan atraktif. Setiap gerakan bukan hanya seni, tetapi wujud nyata pembinaan karakter dan spiritualitas yang terus digelorakan di balik jeruji.

Selepas melihat penampilan WBP, Kalapas Tulungagung, Ma’ruf Prasetyo Hadianto, mendampingi Koordinator AJI, David Yohanes Ketua PWI, Wiwieko Dharmaidiningrum, bersama awak media menyusuri area Bimbingan Kerja (Bimker).

Baca Juga :  Konsisten Pembinaan WBP, Lapas Tulungagung Sabet Juara Umum Perkemahan Pemasyarakatan 2025

“Ini hasil karya warga binaan dipamerkan dengan penuh kebanggaan: dari olahan marmer, ukiran kayu, sandal, keset, karpet sapi, celemek, hingga lukisan penuh makna,” ulasnya.

Tak hanya disitu, rombongan juga diajak meninjau berbagai ketahanan pangan peternakan dan perkebunan yang memanfaatkan lahan kosong, seperti ternak domba, lele, serta lahan terong, kangkung, dan cabai.

“Semua menjadi capaian bahwa narapidana mendapatkan pembinaan yang diharapkan dapat menjadi bekal saat kembali ke masyarakat,” tandasnya.

Senada, Ketua PWI Cabang Tulungagung, Wiwieko Dharmaidiningrum, mengungkapkan kekaguman pembinaan yang berada di Lapas Tulungagung. Eko mengaku banyak potensi yang bisa terus diasah sebagai bekal kelak keluar dari jeruji besi.

“Kita tidak menyangka, di dalam Lapas terdapat begitu banyak potensi dan kreativitas yang dibina secara serius. Ini sangat inspiratif dan membuka cara pandang kami tentang makna pemasyarakatan yang sebenarnya,” terang Wiwieko.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi, tetapi juga menjadi momentum menyuarakan bahwa pemasyarakatan adalah kerja bersama, dan media adalah jembatan utama untuk membangun pemahaman publik yang lebih adil dan manusiawi. (bahr/red)